Durian Di Campur Kopi, Bagaimana Rasanya?
KantoMaya News, YOGYAKARTA - Bagi pecinta durian, bulan November sampai awal tahun 2018 nanti merupakan waktu yang pas untuk mengunjungi Kabupaten Gunungkidul, DI Yogyakarta. Sebab, dalam beberapa bulan ke depan akan gampang menemukan varian durian lokal di sekitar kecamatan Patuk, atau pintu masuk dari sisi Barat.
Jika wisatawan ingin berkunjung ke destinasi wisata dari kota Yogyakarta menuju ke Gunungkidul, akan gampang menemukan penjual durian di pinggir jalan sekitar jalan Yogyakarta- Wonosari.
Penjual jenis lokal menyerupai warga sekitar menyebutkan Kencono Rukmi, durian Susu, petruk, Musang king, si Tokong dan beberapa jenis lokal lainnya. Harga pun bervariasi mulai dari Rp 25.000 sampai Rp 75.000, tergantung jenis dan ukuran.
Sebenarnya tidak hanya berada di pinggir jalan utama, memasuki jalan desa pun akan gampang menemui para petani menjadi penjual durian dadakan.
Salah satunya petani di dusun Sumber Tetes, Desa Patuk, Kecamatan Patuk, Andriana mengatakan, semenjak beberapa ahad kemudian durian di desanya sudah mulai matang.
Dia mempunyai lima pohon jenis lokal Si Petruk, Musang King, dan lainnya. Petruk tekstur buahnya anggun bentuknya agak lonjong, Si Tokong buahnya agak membulat, dagingnya tebal dan mempunyai tekstur sedikit keset kurang begitu manis. Durian susu mempunyai tekstur daging agak lembap dan manis.
"Kalau warga di sini buah yang jatuh pertama hanya dibuang, alasannya ialah itu kurang baik untuk dikonsumsi," kata Andriana di rumahnya, Selasa (14/11/2017)
Menurut dia, hampir rata-rata setiap rumah tangga di kecamatan Patuk mempunyai pohon durian. Perpohonnya dapat berbuah sampai ratusan biji, dan biasanya dijual sendiri atau ada tengkulak buah yang membeli eksklusif ke petani.
"Kebun milik aku ada lima pohon, dan sudah berbuah ratusan buah. Saya menjamin buah di sini lebih anggun dibandingkan wilayah lain. Kalau tidak anggun gak usah bayar, dan akan diganti buah baru," ucapnya.
Andriana mempunyai cara unik untuk menarik pengunjung untuk menyantap durian di warung sederhana terbuat dari terpal, yang dibangun sempurna di depan rumahnya. Pengunjung akan disediakan kopi yang dapat dicampur dengan buah durian. "Sensasinya akan lain jikalau memasukkan buah durian ke dalam segelas kopi panas," ucapnya.
Penjual lainnya dusun Kepil, Desa Putat, Kecamatan Patuk, Sekar (60) menyampaikan dirinya menjual hasil buah berasal dari kebun miliknya. "Saya mempunyai 5 pohon, Alhamdulilah tahun ini berbuah semuanya, dua tahun terakhir gagal panen alasannya ialah curah hujan tinggi," ucapnya.
Camat Patuk Haryo Ambar Suwardi mengatakan, panen petani tahun ini meningkat. Pihaknya berharap supaya hasil panen tidak dijual ke tengkulak sistem ijon. Pihaknya terus mensosialisasikan kepada para petani supaya menjual jikalau sudah matang.
"Para spekulan yang membeli dengan sistem ijon mulai berkeliaran untuk memborong durian sewaktu masih muda, mulai banyak yang datang," katanya.
Jika wisatawan ingin berkunjung ke destinasi wisata dari kota Yogyakarta menuju ke Gunungkidul, akan gampang menemukan penjual durian di pinggir jalan sekitar jalan Yogyakarta- Wonosari.
Penjual jenis lokal menyerupai warga sekitar menyebutkan Kencono Rukmi, durian Susu, petruk, Musang king, si Tokong dan beberapa jenis lokal lainnya. Harga pun bervariasi mulai dari Rp 25.000 sampai Rp 75.000, tergantung jenis dan ukuran.
Sebenarnya tidak hanya berada di pinggir jalan utama, memasuki jalan desa pun akan gampang menemui para petani menjadi penjual durian dadakan.
Salah satunya petani di dusun Sumber Tetes, Desa Patuk, Kecamatan Patuk, Andriana mengatakan, semenjak beberapa ahad kemudian durian di desanya sudah mulai matang.
Dia mempunyai lima pohon jenis lokal Si Petruk, Musang King, dan lainnya. Petruk tekstur buahnya anggun bentuknya agak lonjong, Si Tokong buahnya agak membulat, dagingnya tebal dan mempunyai tekstur sedikit keset kurang begitu manis. Durian susu mempunyai tekstur daging agak lembap dan manis.
"Kalau warga di sini buah yang jatuh pertama hanya dibuang, alasannya ialah itu kurang baik untuk dikonsumsi," kata Andriana di rumahnya, Selasa (14/11/2017)
Menurut dia, hampir rata-rata setiap rumah tangga di kecamatan Patuk mempunyai pohon durian. Perpohonnya dapat berbuah sampai ratusan biji, dan biasanya dijual sendiri atau ada tengkulak buah yang membeli eksklusif ke petani.
"Kebun milik aku ada lima pohon, dan sudah berbuah ratusan buah. Saya menjamin buah di sini lebih anggun dibandingkan wilayah lain. Kalau tidak anggun gak usah bayar, dan akan diganti buah baru," ucapnya.
Andriana mempunyai cara unik untuk menarik pengunjung untuk menyantap durian di warung sederhana terbuat dari terpal, yang dibangun sempurna di depan rumahnya. Pengunjung akan disediakan kopi yang dapat dicampur dengan buah durian. "Sensasinya akan lain jikalau memasukkan buah durian ke dalam segelas kopi panas," ucapnya.
Penjual lainnya dusun Kepil, Desa Putat, Kecamatan Patuk, Sekar (60) menyampaikan dirinya menjual hasil buah berasal dari kebun miliknya. "Saya mempunyai 5 pohon, Alhamdulilah tahun ini berbuah semuanya, dua tahun terakhir gagal panen alasannya ialah curah hujan tinggi," ucapnya.
Camat Patuk Haryo Ambar Suwardi mengatakan, panen petani tahun ini meningkat. Pihaknya berharap supaya hasil panen tidak dijual ke tengkulak sistem ijon. Pihaknya terus mensosialisasikan kepada para petani supaya menjual jikalau sudah matang.
"Para spekulan yang membeli dengan sistem ijon mulai berkeliaran untuk memborong durian sewaktu masih muda, mulai banyak yang datang," katanya.
KOMPAS.com